08 Sep. 2013

Catatan Untuknya

Coba bayangkan. Di dalam tubuh kita terdapat kotak kecil yang berisi kotak lebih kecil dengan kotak yang paling kecil di dalamnya. Apakah mungkin di situ terdapat cinta yang bersemayam. Begitu kecilnya hingga terkadang tak terasa oleh kita. Terabaikan dan membusuk, tetapi cinta baru dapat tumbuh, lebih besar kemungkinan.
Aku ragu, cintakah yang kurasakan saat itu?

Dulu, ketika pertama tahu tentang dia, gamang, biasa saja. Entah kapan pandangan ke arahnya mulai kucuri. Tiba-tiba cinta itu hadir dalam kotak kecil lebih kecil dengan kotak yang paling kecil didalamnya. Ya, ringkas kelihatannya, tetapi jika dijabarkan dapat mengalahkan kerumitan yang amat sangat rumit, seperti piramid segitiga yang tak mungkin rekaaan Oscar Reutersvärd. 


Aku ingat sekali saat pertama menjalani cinta, rasa yang orang bilang sangat sulit dilukiskan dengan kata-kata, faktanya tidaklah sesulit itu. Kalau kau pernah sekali merasakannya, kau akan teringat kembali setelah itu terjadi pada dirimu. Bulu kuduk yang merinding senang saat melihat dia tersenyum ke arahmu. Darah yang berdesir lebih cepat ke kepala yang membuat wajahmu merah dan terasa hangat seketika saat memikirkan dia. Hati yang serasa digelitik saat membayangkan esok akan bertemu dengannya. Jantung yang berhenti sesaat jika mendengar dering telepon khas darinya. Itu yang kurasakan saat ini. Benar, apa sulitnya melukiskan perasaan macam itu ke dalam rangkaian kata-kata? Ternyata tak sesulit yang kubayangkan, hanya membayangkannya saja, kata-katapun mengalir begitu saja. fikiranku semakin ingin menulis tentangnya. Ya. Itu kenyataannya!

Tiga ratus tujuh puluh enam hari sudah aku menjalani cinta dengannya dan mungkin akan semakin bertambah nominalnya. Sebuah angka yang simpel menurut ilmu kalkulus, tetapi artinya sangat luas bagiku dan dia. Tiga ratus tujuh puluh enam hari seluas aku dan dia yang jika dibentang hampir dapat meneduhi satu juta sahara. Tiga ratus tujuh puluh enam hari antara aku dan dia terdapat banyak kisah yang jika diarsipkan dapat membuat database Google tertunduk kalah, mungkin.

Perbedaan yang begitu mencolok antara dia dengan yang lain hanya satu: dia milikku sedang yang lain bukan. Mungkin hal itu yang membuatku tak ingin lepas darinya. Absurd? Begitulah hadirnya cinta.

Dia bukanlah sebutir pasir dalam gurun yang seragam. Yang jika tertiup angin hilang membaur antara sesamanya. Dia bukanlah setetes air dalam hujan. Yang jika menyentuh tanah membaur teralir ke selokan bersama jutaan tetes air lainnya. Dia seperti es yang tidak meleleh di atas aspal tengah hari bolong. Dia beku dalam genggaman sebentuk hati.

Tak perlulah paras tampan bagiku. Yang tampan banyak kau temui sepanjang Jalan Raya diluar sana. Klise, tapi benar apa yang kurasa. Tak pernah dia terlihat sangat tampan di mataku. Tapi tak pernah dia tak terlihat amat sangat tampan di hatiku. Akan tetapi, dia selalu terlihat mengagumkan dalam hidupku.

Aku suka saat-saat bersamanya, berkualitas maupun tidak. Aku suka candaan yang terkadang ia lontarkan untukku. Aku suka kesederhanaannya yang tak pernah membuat aku merasa harus menjadi penipu ulung yang membaur-baurkan perkataan dan penampilan yang tidak sepantasnya aku tampilkan, dia menyederhanakan aku dengan cintanya. Aku betah berjam-jam memandangi matanya yang teduh lalu menerawang menembus turun ke hatinya lalu menerawangi pikirannya walaupun itu kulakukan hanya memandangi foto di layar ponselku. Aku bahkan menikmati saat hatiku terasa sakit karena kekecewaan kecil yang dibuatnya.

Saat ini tidak ada alasan untuk berpisah dengannya. Ia tahu betul bahwa pengertian selalu berpasangan dengan kesetiaan, maka dia memberikan aku pengertian itu. Ia tahu betul bahwa maaf selalu berpasangan dengan dosa, maka dia memberikan aku maaf. Ia mengerti bahwa api dilawan dengan air bukan dengan api.

Entah kapan cerita ini akan berakhir. Setengah hatiku ingin bersamanya selamanya, setengahnya lagi ingin selamanya bersamanya. Saat nafas ini tak dapat dihela lagi. Saat jantung ini stagnasi diakhir penghidupanku. Saat lambung ini pecah dan meracuni pembuluh darah. Itu saat yang tepat untuk meninggalkannya. Itulah yang kurakan saat ini. Cinta!

Jika kau melihat dan membaca catatan ini, kau akan tahu kepada siapa catatan ini kutujukan. Aku hanya ingin kau mengetahui hanya ini yang kurasakan.

Kami berdua tak hanya menjalani cinta, tapi menghidupi.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking