27 Okt. 2013

Surat panjang tentang jarak kita

Bissmillahirohmanirrahim...

Terimakasih pada jarak dan waktu yang mempertemukan aku, kamu dan kita.
Kau tahu mengapa ketika lahir kita tidak langsung menjadi diri kita yang sekarang? kau harus melalui sekian proses untuk menjadi seseorang dengan karakter tertentu dan bahkan terus berkembang tanpa henti. Makanan yang kau konsumsi dan kegiatan fisik yang kau lakukan hingga hari ini menentukan bagaimana penampilan fisikmu. Orang-orang yang kau temui memengaruhi gaya berpakaianmu, caramu berinteraksi, hingga pola pikirmu. 
Lewat surat panjang ini, aku ingin menjabarkan isi hati bahwa cinta yang dulu aku ikrarkan tak pernah lekang dalam kenangan. Sampai suatu hari ketemu dia, setiap harinya kenangan itu semakin mengikatku hingga lekat tak bisa hilang.
Kumpulan kenangan ini terindikasi sebagai curhat kisah cintaku, kisah cinta yang sangat sulit untuk di bicarakan, mungkin semua orang pernah dengar dan ada juga yang pernah merasakan kisah cinta... Karena ini mengenai surat panajang mengenai jarak!


15 Okt. 2013

stories about things that are in my mind

lo ngerti gak, gimana rasanya bertatap muka sama masa lalu? Ngeliat orang yang dulu pernah jadi bagian terpenting dalam hidup lo walaupun itu hanya sebuah angan-angan, kini datang dan ternyata kalian berdua sama-sama bisa menerima bahwa apa yang ada di masa lalu nggak perlu ada di masa sekarang. Nggak perlu ada harapan-harapan palsu, atau keinginan tersirat untuk membangun suatu hubungan yang tak tentu arah. Gue sendiri terkadang tak mengerti arah hubungan yang berawal tak pernah gue bayangkan bisa semakin dekat dan terlintas fikiran mengenai hubungan yang akan terjadi kemudian. We both take it just the way it is, dan itu cukup buat gue. 
Kenyataannya, gue merasa nyaman bersama hans. Merasa bebas berpendapat, saling berbagi cerita walaupun terkadang hampir kebanyakan gue yang cerita. Hahaa dan gue senang saat dengannya karena gue bisa menjadi diri sendiri. Kupikir semua itu akan berubah seiring waktu karena kami bukan lagi orang yang sama seperti beberapa tahun lalu saat menjalani kehidupan masing-masing dengan kisah pasangan masing-masing. Gue bukan lagi Nurul yang terlalu bodoh di permainkan oleh pria-pria yang pernah menjadi bagian kisah gue. But something never change. Seperti halnya saat kami berbicara di telephone memikirkan kata-kata yang di ucapkan terlalu seriuskah? datarkah? atau terlalu enjoying? dan seperti halnya kami tahu apa yang membuat satu sama lain tertawa, senang, sedih dan kesal.
Nyaman adalah berbagi waktu tanpa perlu merasa canggung. Nyaman adalah menikmati keberadaan masing-masing, walau yang dapat kami berikan kepada satu sama lain hanyalah kehadiran itu sendiri. Nyaman adalah meneleponnya tanpa alasan, hanya karena ingin mengobrol melepas rindu atau karena ada topik menarik yang ingin dibicarakan. Rasa ini tak perlu dilabeli, diartikan, atau dianalisis. Karena kami sudah tau masing-masing arah dari hubungan yang terjadi. 
When it's happens "Manusia itu nggak luput dari perasaan, bahkan hal-hal kecil sekali pun suka jadi trigger buat sesuatu yang besar. Dan gue pernah ngalamin itu semua" dan ketika gue ketemu hans. SATU kesamaan di antara kami: gue dan hans sama-sama suka nonton film action. 
Tapi satu hal, gue nggak pernah ketemu cowok yang secuek dia waktu gue berkoar-koar minta pertolongan untuk didengar apa yang ingin gue ceritakan ke dia, minta pendapat saat gue benar-benar butuh pencerahan yang positif dari dia, perhatian atas waktu yang telah dia sia-siakan hanya dengan membalas isi pesanku ini-itu dan tentunya SINGKAT dengan balasan "Oh", I some reasons, I found a different man with personality. Dan orang-orang percaya jika kita menemukan kepribadian yang berbeda dari pasangan kita, tetapkan dia sebagai "the most important in the future" so, lo akan menemukan sensasi kehidupan yang lebih menuntun lo ke jalan yang benar-benar berat, sulit, dan tidak bisa lo fahami. Justru itu, lo akan menemukan diri lo yang lain pada pasangan lo tersebut. Itu yang gue rasakan saat ini. Dia benar-benar buat gue jatuh cinta dengan personality yang jauh berbeda dengan gue, but I loved it.
Dan lo semua harus tahu.
Buat gue, perasaan paling nggak enak sedunia adalah sesal. Apapun yang lo lakukan, lo nggak akan bisa menekan tombol rewind untuk kembali ke momen saat segalanya berubah. Lo nggak akan bisa naik mesin waktu atau memutarbalikkan jarum jam untuk kembali ke masa itu, untuk memperbaiki kesalahan yang lo perbuat atau mengembalikan keadaan seperti sebelumnya. Karena itu, gue gak pernah menyesali keputusan saat gue mendedikasikan dia "The most important person in my future".
Sometimes, kadang, gue bertanya-tanya sama diri sendiri, kenapa ini semua terjadi sama kita. Kadang, gue juga heran kenapa gue bisa sabar saat menghadapi sikap dia. Tapi, seiring waktu, gue ngerasa bahwa ini memang sudah seharusnya terjadi, dan gue nggak perlu menyesali apa-apa. Yeah, it's like a rule of life. Dengan menerima kenyataan, kita akan lebih mudah bergerak maju, mengecilkan ruang untuk rasa sesal.
Dan lo percaya dengan first love?
Yeah, gue percaya. Buat gue, arti harfiah dari first love nggak seliteral kelihatannya. Arti sebenarnya nggak muncul dari sekedar hasil pembedahan dua kata yang membentuknya 'Cinta' dan 'Pertama'. Cinta pertama bukan debaran hati pertama yang gue rasakan saat bertemu dengannya, atau ketika ada seorang cowok yang melambai tangannya dan meminta berkenalan padamu, bukan juga dari cowok yang menjadi gandengan gue semasa SMA. Bukan pegangan tangan pertama, bukan status pacar resmi pertama.
Gue percaya definisi first love adalah rasa pertama, saat lo melihat jauh ke dalam mata seseorang dan memutuskan bahwa masa depan dan kebahagiaan lo ada bersamanya. Cinta pertama adalah ketika untuk pertamakalinya dalam hidup lo, lo mampu melihat segala sesuatu dengan lebih jelas, merasa lebih hidup, dan ingin jadi versi terbaik dari diri sendiri saat dia berada di samping lo. Saat hidup lo berubah berantakan dan masih bisa berfikir, dengan kekacauan itu, setidaknya aku masih punya kamu disisiku. Itulah makna cinta bagi gue; momen saat menyadari lo mau berkomitmen, bahkan rela hidup jungkir balik hanya demi satu orang berharga itu. For me, that person was Hans.
Dan lo percaya sama konsep takdir, nggak?
"I do", orang-orang bertemu karena memang ditakdirkan untuk bertemu, berpisah karena memang ditakdirkan untuk berpisah. Kehidupan setiap orang diorkestrasikan sedemikian rupa sehingga setiap momen memiliki sebab dan akibat. Benang merah, takdir, nasib, whatever you call it. Buktinya, gue ketemu hans, Waktu itu, gue pernah ngalamin bully dalam kegiatan paskibra dan merasa cambuk buat gue saat teman-teman terdekat memaksa gue untuk bergabung di kegiatan yang gue anggap pengalaman buruk di sekolah menengah pertama. Karena gue menghargai usaha teman-teman gue, gue coba masuk kembali di dunia yang udah membuat gue merasa di bully. Tapi dari situ takdir mempertemukan gue sama dia, gue nggak peduli dia berfikiran cerita gue bohong, rekayasa, atau palsu. Overall it was a totally shitty day. Cuma satu hari yang membuat gue menyenangkan hingga mengubah prinsip gue mengenai cinta sebenarnya.
Awalnya gue tidak tahu bagaimana persisnya mendefinisikan rasa yang kumiliki untuk Dia saat itu. Apakah kagum, rasa tertarik, cinta, atau sekedar solidaritas karena dia berbagi air mineral padaku saat kegiatan berlangsung dan itu sesuatu yang tidak dipahami oleh orang lain. Atau mungkin itu hanyalah rasa familiarity dari apa yang kami bagi saat kegiatan berlangsung, entahkah. Gue pun tidak berniat menelusurinya lebih lanjut. Gue juga tahu, gue tidak akan pernah keluar dari zona nyaman yang ada, dari batas antara dua orang yang dipertemukan oleh keadaan latgab paskibra antar sekolah gue dengan dia, namun, detik itu hingga sekarang, gue merasakan sedikit percikan keberanian yang membuat gue tidak ingin melepaskan tentang dia yang berani mengubah hidup gue. Walaupun dia nggak tahu itu terjadi padaku. 
Itu takdir yang gue yakini sampai saat ini, gue memang pelupa, hal kecil apapun itu bahkan hari ulang tahun sendiri terkadang suka lupa karena keasyikan dengan dunia baca menyendiri dipojokan kamar, dunia seni gue yang nggak terjamah oleh orang-orang tepatnya seniman ulung yang menyembunyikan namanya ditempat tersembunyi karena tak ingin orang lain mengomentari karyanya. Hidup gue emang ribet, senang berkomentar tapi paling tidak senang dikomentar. Tapi satu kehebatan gue dalam mengingat suatu kejadian gue mengenai orang-orang yang paling berkesan dalam hidup gue yaitu menyimpannya lewat tulisan. 



...

Ada kebahagiaan tersendiri ketika gue mulai menulis sebuah kata-kata hingga berkembang menjadi suatu kalimat. Lewat tulisan perasaan ini merasa lebih baik dibandingkan saat gue terlalu sibuk dengan fikiran-fikiran tugas yang semakin hari semakin menumpuk. Tapi yang lebih buruk lagi, ketika seseorang dikejauhan sana berpamitan dengan kepergian pelayarannya, itu jauh lebih buruk dari perasaanku saat itu, saat itu. Dengan menulis, gue bisa mengalihkan pikiran dan rindu darimu. Namun, kenyataannya semua salah. Gue terlalu kalah dengan perasaan gue kalau gue tidak baik-baik dengan cara gue terlalu sibuk dengan kegiatan gue, menulispun terlalu sering nama Dia terlintas dari fikiranku. 
Kalian tahu kenapa?
Rasa rindu gue dedikasikan sebagai penghormatan perasaan gue ketika sosok itu muncul menjadi peran utama dalam tulisan gue. Dengan begitu, gue anggap tokoh itu amat penting dalam alur cerita lewat tulisan gue. Biar saja rindu itu berpacu memenuhi fikiran gue, karena orang itu, rindu ini terlalu memikat untuk gue pertahankan, terlalu kuat ikatannya jika ikatan itu semakin mengendur gue ikatkan kembali agar tak bisa lepas. 

14 Okt. 2013

Always life in the moment for love around you

Love...

Gue mengawali tulisan ini dengan kata "Love". Kenapa? tak ada alasan ketika suatu kata-kata itu terlintas. Semua orang bisa mengatakannya dengan mudah termasuk diriku. 
Ketika fase manusia pada usia 20thn, kata "Love" bukanlah suatu bentuk ungkapan yang lazim diutarakan kepada seseorang yang merasa itu perlu diungkapkan, tapi kata itu semakin mendarah daging hingga rasa saling memiliki dan membuat komitmen membentuk kehidupan baru yang bahagia. Gue pun mengakui pada fase ini, teori yang pernah dikatakan oleh seorang ahli psikologi bernama Erikson memang benar adanya. Fase usia 20thn yang penuh gelojak mengenai keberadaan dirinya.
Gue juga percaya sama konsep belahan jiwa, tapi nggak percaya bahwa kebahagian kita cuma ada sama satu orang. Dalam hidup ini, lo nggak selalu bisa dapetin apa yang lo mau, orang-orang yang lo sayang nggak selalu punya perasaan yang sama. Karena itulah gue lebih percaya, akan selalu ada orang-orang lain yang bisa memberikan bentuk kebahagian lain. Tapi, kemungkinan kebahagiaan yang lo rasakan dengan orang itu akan berbeda dengan kebahagiaan yang bisa lo rasakan dengan belahan jiwa yang sesungguhnya.
Maybe. Siapa yang bisa mengukur takaran kebahagiaan sesungguhnya? gue merasa bahagia dengan apa yang gue punya, itu sudah cukup. Happiness is a matter of perspective.
Betapa menyedihkan hidup ini kalau cuma ada satu orang yang bisa membuat lo sepenuhnya bahagia. Kita nggak bisa menyangkal kalau masih banyak bentuk kebahagiaan-kebahagiaan kecil lainnya di sekitar kita.
Tapi terkadang, poin penting bagi gue adalah orang-orang yang salah mungkin bisa bikin lo seneng, tapi orang-orang yang tepat akan membuat lo merasakan lebih dari itu semua. Gue nggak cuma ngomongin soal kebahagiaan, lo tetap akan melewati masa-masa susah, marah, sedih... but the difference is, with the right person, not in vain. Bukannya itu yang semua orang tunggu, untuk ketemu seseorang yang bisa membuat hidupnya lengkap? 
Jujur, di fase usia 20thn ini, gue selalu merasakan adanya suatu penghormatan pada diri gue, yang bisa berfikir Happiness is a matter of life. Rasa yang membuat bergelora saat memiliki kekasih yang benar-benar aku ungkapkan dengan "Love" dan satu yang selalu ingin gue katakan pada dia, I've never loved anyone else the way I loved you. Tentu saja dia nggak pernah mendengar ungkapan seperti itu dariku. 




02 Okt. 2013

aku berkenalan dengan arti cinta ketika hadirnya "Dia"


Dulu... Sempat tak ada lagi kesempatan bisa dekat denganmu.
Kini... Aku  tau bagaimana caraku untuk terus bersamamu.

Flashback 
Kali ini aku sungguh menyadari, aku telah jatuh cinta, jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang yang tak pernah aku tau asal-usulnya, jatuh cinta dari hatiku yang terdalam, sungguh "aku cinta padanya". yang semakin hari semakin timbul suatu kepercayaan. Kepercayaan yang dibangun dari dasar dan terus aku perjuangkan terus-menerus, tak pernah ada basa-basi dalam perjalanannya, pondasinya terlalu kuat hingga aku sendiri tak pernah menyadari suatu kekuatan yang selalu tertanam di dalam diriku, meyakini "Dia" yang aku harapkan bisa melihatku secara tulus.  
Suatu kepercayaan itu semakin hari semakin menyiksa hari-hariku, mencintai seseorang yang aku sendiri tidak tau keberadaannya? mencintai seseorang yang hanya sebatas senyumnya, seseorang yang tak sempat aku balas senyumnya, seseorang yang baru aku kenal hari itu juga, seseorang yang tak sempat aku pertanyakan namanya, seseorang yang menyadarkanku arti mengagumi tanpa syarat, seseorang yang sangat sulit aku harapkan. 
Seiring berjalannya waktu, rotasinya semakin cepat berputar, aku hanya bisa mengaguminya dari kejauhan. Semenjak hari itu, kejadian yang bersejarah dalam perjalanan kisahku, aku belajar mencintai seseorang tanpa syarat apapun meski dia yang tersulit untukku, tapi tak ada keraguan dalam diriku untuk lebih dekat-semakin dekat-sangat dekat mengenalnya. 
bahkan sulit kembali menata hati untuk tak selalu berharap tentang dirinya, meski aku sendiri sering mempertanyakan kekagumanku tentangnya, justru selalu muncul jawaban "aku takkan lari dari peristiwa yang mengubah sebagian hidupku". Berkat "Dia" duniaku seperti berarti, walaupun takdir tak sempat mempertemukan ku dengannya, takdir selalu berpihak pada oranglain untuknya, takdir hanya mengenalkanku lewat sapaan sehari.
Entah harus berapa lama lagi, rasa ini harus kupendam sendiri. Dia sangat jauh, sungguh jauh, padahal dia tak terlalu jauh dari pandanganku. Namun semua itu takdir yang belum berpihak padaku, satu keyakinanku. Takdir sedang menguji seberapa besarkah aku menyayanginya, setulus apakah rasa cinta itu untuknya. 

Sekarang... 
Apakah takdir berpihak padaku? ya, takdir mempercayaiku mengenalnya lebih dekat namun belum dekat. Sungguh, tak pernah kusangka dirinya hadir dihidupku dari sekian lama ku kagumi, dirinya menyapaku dengan sentuhan kasihnya. 
Aku selalu mencoba, terus mencoba lebih mengenalnya. kali ini takdir selalu berpihak padaku, dia semakin dekat denganku bahkan terlalu dekat. Ini semua berkat doa dan usahaku sekian lama mengaguminya. Walaupun kedekatanku dengannya terhalang jarak dan ruang yang berbeda. 
Tapi suatu kepercayaan yang aku pegang sekian lamanya semakin memunculkan rasa kenyamanan yang semakin berarti, bagiku jarak tak berarti, mengenalnya lebih jauh dan mengagumi seseorang yang hanya sebatas senyumnya dari kejauhan sudah sangat berarti bagiku. Karena cintaku terbalas. Karena cintaku tak perlu dipertanyakan lagi. Karena cintaku utuh bersamanya. Karena cintaku semakin tergenggam. Dia cinta pertamaku...


aku berkenalan dengan arti cinta ketika hadirnya "Dia".