15 Okt. 2013

...

Ada kebahagiaan tersendiri ketika gue mulai menulis sebuah kata-kata hingga berkembang menjadi suatu kalimat. Lewat tulisan perasaan ini merasa lebih baik dibandingkan saat gue terlalu sibuk dengan fikiran-fikiran tugas yang semakin hari semakin menumpuk. Tapi yang lebih buruk lagi, ketika seseorang dikejauhan sana berpamitan dengan kepergian pelayarannya, itu jauh lebih buruk dari perasaanku saat itu, saat itu. Dengan menulis, gue bisa mengalihkan pikiran dan rindu darimu. Namun, kenyataannya semua salah. Gue terlalu kalah dengan perasaan gue kalau gue tidak baik-baik dengan cara gue terlalu sibuk dengan kegiatan gue, menulispun terlalu sering nama Dia terlintas dari fikiranku. 
Kalian tahu kenapa?
Rasa rindu gue dedikasikan sebagai penghormatan perasaan gue ketika sosok itu muncul menjadi peran utama dalam tulisan gue. Dengan begitu, gue anggap tokoh itu amat penting dalam alur cerita lewat tulisan gue. Biar saja rindu itu berpacu memenuhi fikiran gue, karena orang itu, rindu ini terlalu memikat untuk gue pertahankan, terlalu kuat ikatannya jika ikatan itu semakin mengendur gue ikatkan kembali agar tak bisa lepas. 

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking