15 Okt. 2013

stories about things that are in my mind

lo ngerti gak, gimana rasanya bertatap muka sama masa lalu? Ngeliat orang yang dulu pernah jadi bagian terpenting dalam hidup lo walaupun itu hanya sebuah angan-angan, kini datang dan ternyata kalian berdua sama-sama bisa menerima bahwa apa yang ada di masa lalu nggak perlu ada di masa sekarang. Nggak perlu ada harapan-harapan palsu, atau keinginan tersirat untuk membangun suatu hubungan yang tak tentu arah. Gue sendiri terkadang tak mengerti arah hubungan yang berawal tak pernah gue bayangkan bisa semakin dekat dan terlintas fikiran mengenai hubungan yang akan terjadi kemudian. We both take it just the way it is, dan itu cukup buat gue. 
Kenyataannya, gue merasa nyaman bersama hans. Merasa bebas berpendapat, saling berbagi cerita walaupun terkadang hampir kebanyakan gue yang cerita. Hahaa dan gue senang saat dengannya karena gue bisa menjadi diri sendiri. Kupikir semua itu akan berubah seiring waktu karena kami bukan lagi orang yang sama seperti beberapa tahun lalu saat menjalani kehidupan masing-masing dengan kisah pasangan masing-masing. Gue bukan lagi Nurul yang terlalu bodoh di permainkan oleh pria-pria yang pernah menjadi bagian kisah gue. But something never change. Seperti halnya saat kami berbicara di telephone memikirkan kata-kata yang di ucapkan terlalu seriuskah? datarkah? atau terlalu enjoying? dan seperti halnya kami tahu apa yang membuat satu sama lain tertawa, senang, sedih dan kesal.
Nyaman adalah berbagi waktu tanpa perlu merasa canggung. Nyaman adalah menikmati keberadaan masing-masing, walau yang dapat kami berikan kepada satu sama lain hanyalah kehadiran itu sendiri. Nyaman adalah meneleponnya tanpa alasan, hanya karena ingin mengobrol melepas rindu atau karena ada topik menarik yang ingin dibicarakan. Rasa ini tak perlu dilabeli, diartikan, atau dianalisis. Karena kami sudah tau masing-masing arah dari hubungan yang terjadi. 
When it's happens "Manusia itu nggak luput dari perasaan, bahkan hal-hal kecil sekali pun suka jadi trigger buat sesuatu yang besar. Dan gue pernah ngalamin itu semua" dan ketika gue ketemu hans. SATU kesamaan di antara kami: gue dan hans sama-sama suka nonton film action. 
Tapi satu hal, gue nggak pernah ketemu cowok yang secuek dia waktu gue berkoar-koar minta pertolongan untuk didengar apa yang ingin gue ceritakan ke dia, minta pendapat saat gue benar-benar butuh pencerahan yang positif dari dia, perhatian atas waktu yang telah dia sia-siakan hanya dengan membalas isi pesanku ini-itu dan tentunya SINGKAT dengan balasan "Oh", I some reasons, I found a different man with personality. Dan orang-orang percaya jika kita menemukan kepribadian yang berbeda dari pasangan kita, tetapkan dia sebagai "the most important in the future" so, lo akan menemukan sensasi kehidupan yang lebih menuntun lo ke jalan yang benar-benar berat, sulit, dan tidak bisa lo fahami. Justru itu, lo akan menemukan diri lo yang lain pada pasangan lo tersebut. Itu yang gue rasakan saat ini. Dia benar-benar buat gue jatuh cinta dengan personality yang jauh berbeda dengan gue, but I loved it.
Dan lo semua harus tahu.
Buat gue, perasaan paling nggak enak sedunia adalah sesal. Apapun yang lo lakukan, lo nggak akan bisa menekan tombol rewind untuk kembali ke momen saat segalanya berubah. Lo nggak akan bisa naik mesin waktu atau memutarbalikkan jarum jam untuk kembali ke masa itu, untuk memperbaiki kesalahan yang lo perbuat atau mengembalikan keadaan seperti sebelumnya. Karena itu, gue gak pernah menyesali keputusan saat gue mendedikasikan dia "The most important person in my future".
Sometimes, kadang, gue bertanya-tanya sama diri sendiri, kenapa ini semua terjadi sama kita. Kadang, gue juga heran kenapa gue bisa sabar saat menghadapi sikap dia. Tapi, seiring waktu, gue ngerasa bahwa ini memang sudah seharusnya terjadi, dan gue nggak perlu menyesali apa-apa. Yeah, it's like a rule of life. Dengan menerima kenyataan, kita akan lebih mudah bergerak maju, mengecilkan ruang untuk rasa sesal.
Dan lo percaya dengan first love?
Yeah, gue percaya. Buat gue, arti harfiah dari first love nggak seliteral kelihatannya. Arti sebenarnya nggak muncul dari sekedar hasil pembedahan dua kata yang membentuknya 'Cinta' dan 'Pertama'. Cinta pertama bukan debaran hati pertama yang gue rasakan saat bertemu dengannya, atau ketika ada seorang cowok yang melambai tangannya dan meminta berkenalan padamu, bukan juga dari cowok yang menjadi gandengan gue semasa SMA. Bukan pegangan tangan pertama, bukan status pacar resmi pertama.
Gue percaya definisi first love adalah rasa pertama, saat lo melihat jauh ke dalam mata seseorang dan memutuskan bahwa masa depan dan kebahagiaan lo ada bersamanya. Cinta pertama adalah ketika untuk pertamakalinya dalam hidup lo, lo mampu melihat segala sesuatu dengan lebih jelas, merasa lebih hidup, dan ingin jadi versi terbaik dari diri sendiri saat dia berada di samping lo. Saat hidup lo berubah berantakan dan masih bisa berfikir, dengan kekacauan itu, setidaknya aku masih punya kamu disisiku. Itulah makna cinta bagi gue; momen saat menyadari lo mau berkomitmen, bahkan rela hidup jungkir balik hanya demi satu orang berharga itu. For me, that person was Hans.
Dan lo percaya sama konsep takdir, nggak?
"I do", orang-orang bertemu karena memang ditakdirkan untuk bertemu, berpisah karena memang ditakdirkan untuk berpisah. Kehidupan setiap orang diorkestrasikan sedemikian rupa sehingga setiap momen memiliki sebab dan akibat. Benang merah, takdir, nasib, whatever you call it. Buktinya, gue ketemu hans, Waktu itu, gue pernah ngalamin bully dalam kegiatan paskibra dan merasa cambuk buat gue saat teman-teman terdekat memaksa gue untuk bergabung di kegiatan yang gue anggap pengalaman buruk di sekolah menengah pertama. Karena gue menghargai usaha teman-teman gue, gue coba masuk kembali di dunia yang udah membuat gue merasa di bully. Tapi dari situ takdir mempertemukan gue sama dia, gue nggak peduli dia berfikiran cerita gue bohong, rekayasa, atau palsu. Overall it was a totally shitty day. Cuma satu hari yang membuat gue menyenangkan hingga mengubah prinsip gue mengenai cinta sebenarnya.
Awalnya gue tidak tahu bagaimana persisnya mendefinisikan rasa yang kumiliki untuk Dia saat itu. Apakah kagum, rasa tertarik, cinta, atau sekedar solidaritas karena dia berbagi air mineral padaku saat kegiatan berlangsung dan itu sesuatu yang tidak dipahami oleh orang lain. Atau mungkin itu hanyalah rasa familiarity dari apa yang kami bagi saat kegiatan berlangsung, entahkah. Gue pun tidak berniat menelusurinya lebih lanjut. Gue juga tahu, gue tidak akan pernah keluar dari zona nyaman yang ada, dari batas antara dua orang yang dipertemukan oleh keadaan latgab paskibra antar sekolah gue dengan dia, namun, detik itu hingga sekarang, gue merasakan sedikit percikan keberanian yang membuat gue tidak ingin melepaskan tentang dia yang berani mengubah hidup gue. Walaupun dia nggak tahu itu terjadi padaku. 
Itu takdir yang gue yakini sampai saat ini, gue memang pelupa, hal kecil apapun itu bahkan hari ulang tahun sendiri terkadang suka lupa karena keasyikan dengan dunia baca menyendiri dipojokan kamar, dunia seni gue yang nggak terjamah oleh orang-orang tepatnya seniman ulung yang menyembunyikan namanya ditempat tersembunyi karena tak ingin orang lain mengomentari karyanya. Hidup gue emang ribet, senang berkomentar tapi paling tidak senang dikomentar. Tapi satu kehebatan gue dalam mengingat suatu kejadian gue mengenai orang-orang yang paling berkesan dalam hidup gue yaitu menyimpannya lewat tulisan. 



Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking