10 Mei 2013

A Letter from Faraway

Dear you... 
   Untuk kamu yang telah menyempatkan membuat surat yang cukup membuat hatiku yakin bahwa aku sangat beruntung telah memilikimu. Semoga keberuntungan ini tetap aku pertahankan dan Allah jaga apa yang telah aku tetapkan untuk mempertahankan demi kamu. Mungkin kamu sedang menunggu senam jari indah yang nantinya akan aku beri untukmu. Sabar ya sayang, aku sedang merangkainya walaupun harus menunggu beberapa tahun lagi untuk menunjukkannya padamu. Semoga saat kau melihatnya nanti bisa membuatmu semakin mengeluarkan senyuman-senyuman kecil indahmu karena tulisan ini bisa mewakili senam jari indahku untukmu.
   Bagiku, tulisan adalah gambaran terluas yang harus aku tata rapi di ingatanku agar ia mudah ku cari lagi saat aku membutuhkannya, dan itu surat yang kau kirimkan untukku. Jadi, kamu tak perlu segan untuk menuliskan surat untukku lagi atau kalau bisa sering-sering menuliskannya untukku. Walau aku tau itu sulit untuk keadaan kita berdua. Tulisan di suratmu membuat aku tenang saat aku merindukanmu, berulang kali aku sering membacanya. Semampuku dan sesempatku dalam kesibukan.
   Apa yang kamu rasakan dan katakan disana tak ubahnya seperti pepatah "bak pinang dibelah dua". Ya, rasa itu sama persis dengan apa yang aku rasakan. Aku sudah mempercayaimu kalau kamu sanggup menjaga apa yang telah kita miliki. Tenang saja, jika ada beberapa orang yang menggoda dan meremehkanku, yang ku lakukan aku hanya menjaga penglihatanku dengan tatapan kalau dia tak ada. Anggap saja mereka sedang tak berbicara denganku. Aku anggap dia badut hubungan kita. Ya, mereka itu hiburanku saat ku meragukan semua ini. Aku sedang melihat mereka bermain sirkus yang sedang menghibur penontonnya dan aku sedang tenggelam disana.
   Aku baik-baik saja disini, kamu tak perlu mengkhawatirkanku dan apa yang kau anggap itu tak nyaman dihadapanmu. Aku sudah nyaman denganmu, ya... Jujur, walaupun banyak ombak besar yang menghantam, aku tetap mencoba menjadi karang menghadapi ombak sebesar apa pun itu. Begitu juga kita.
   Ehm, bercakap melalui surat ataupun media sosial membuat kita semakin romantis ya... Di mana kita sedang saling ditugaskan untuk merangkai kata yang indah untuk memperindah hubungan yang sedang terjadi. Namun, terkadang aku merasa iri melihat yang lain bisa bercakap-cakap secara langsung dalam moment pertemuan yang ditentukan. 
   Arghh, aku semakin ditenggelamkan oleh rindu saat merangkai tulisan ini untukmu. Adakah kamu disana selalu merindukanku? Aku selalu mencoba bersabar menghadapi keadaan kita saat ini, aku mencoba mencari aktivitas lain yang bisa membuat suasanaku mereda saat fikiran tentangmu hadir. Kita seperti saling melihat keindahan bintang dan bulan yang sama, tapi kita tak sedang bersama. Anggap saja aku adalah embun pagi dan kamu adalah senja yang kita tak pernah dipertemukan dalam waktu yang sama. Tapi, tetap merindukan keberdaannya, dan bukan kita yang menentukan kapan bertemu. Tapi, waktu yang menentukan kapan kita bisa bertemu.
   Semoga kita bisa dipertemukan secepatnya. Karena aku sudah sangat merindukan kehadiranmu.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking