Untuk sebuah penantian yang aku sendiri tidak tahu
kapan berakhirnya. Selaksa doa yang terus terlantun seakan menjadi
arang untuk mengobarkan asa. Sebuah harapan untuk segera menemui hari
yang paling membahagiakan. Ya… Hari pernikahan. Hari dimana kita bisa
menunpahkan segala rasa cinta yang ada dengan halal dan penuh ridha
Allah.
Sekilas, hatiku
tersenyum kecil saat membayangkan hal itu. Tapi, senyum itu terpaksa
harus ku tepis karena kenyataan saat ini masih jauh dengan sebuah
harapan yang ada. Sebuah kenyataan ternyata kau belum ada di depanku.
Belum datang untukku. Meski aku tahu, kau telah dipersiapkan Allah
untukku.
Aku tidak
tahu kenapa sampai sekarang Allah belum mempertemukan aku denganmu.
Padahal, doa dan usaha tak pernah berhenti menghiasi langkahku. Usaha
untuk menyempurnakan ikhtiar dan doa untuk menggenapkan tawakal.
Semuanya telah kulakukan.
Yah…
tapi kembali lagi mau tidak mau aku harus berkompromi dengan semua
ketetapan Allah. Meski aku telah meminta dengan sepenuh harap, Allah
tidak akan pernah memberikan apa yang aku inginkan. Tapi Allah hanya
memberikan apa yang aku butuhkan. Meski berulang kali hati kecilku
mengatakan bahwa aku telah siap untuk menikah, Tapi, hanya Allah yang
jauh lebih tau tentang kesiapan diriku daripada diriku sendiri.
Telah
berulang kali datang di hatiku orang yang kusangka dia adalah dirimu.
Mencoba memasuki hati dan mencoba mengambil tempat yang kuperuntukkan
untukmu. Tapi, berulang kali juga mereka harus keluar dan mengaku
kalah karena berbagai sebab. Dan sekarang, ternyata aku masih
menunggumu. Menunggu kedatangan seseorang yang aku sendiri belum tahu
siapa dirimu.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking